Sentimen Pasar Terbebani Kekhawatiran Permintaan AS, Minyak Relatif Stabil
Thursday, April 25, 2024       13:22 WIB

Ipotnews - Harga minyak sedikit berubah, Kamis, karena menurunnya permintaan bahan bakar di Amerika--pengguna minyak terbesar di dunia--di tengah tanda-tanda perlambatan ekonomi dan kekhawatiran akan meluasnya konflik di wilayah penghasil minyak utama di Timur Tengah.
Minyak mentah berjangka Brent, patokan internasional, naik 13 sen atau 0,15% menjadi USD88,15 per barel pada pukul 13.02 WIB, setelah turun 0,5% di sesi sebelumnya, demikian laporan  Reuters  dan  Bloomberg,  di Singapura, Kamis (25/4).
Sementara itu, patokan Amerika Serikat, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman Juni, bertambah 10 sen atau 0,12% menjadi USD82,91 per barel, menyusul penurunan 0,6% pada penutupan Rabu.
Data dari Badan Informasi Energi (EIA) Amerika, Rabu, menunjukkan permintaan bensin pada pekan hingga 19 April merosot 2,8% dari minggu sebelumnya, dan anjlok 11% dari tahun lalu. Permintaan bahan bakar sulingan juga menyusut dari pekan lalu dan turun 4,7% dari tahun lalu.
Penurunan permintaan bahan bakar itu terjadi di tengah tanda-tanda melambatnya aktivitas bisnis Amerika pada April serta ketika data inflasi dan ketenagakerjaan yang lebih kuat dari perkiraan berarti Federal Reserve kemungkinan besar akan menunda pemangkasan suku bunga, sehingga membebani sentimen ekonomi.
"Pelemahan harga acuan saat ini, setelah menguji di atas level USD90 (per barel), disebabkan oleh sentimen pasar yang kembali fokus pada tantangan ekonomi global dari sebelumnya ketegangan geopolitik," kata Emril Jamil, analis LSEG Oil Research.
Selain faktor geopolitik, harga pada kuartal ini akan didorong sejumlah faktor, termasuk pengurangan pasokan dari produsen besar, data ekonomi dari China dan zona euro, serta ekspektasi permintaan tambahan seiring Belahan Bumi Utara memasuki musim panas di tengah perkiraan pasokan yang lebih ketat, ungkap Jamil.
Indikasi yang lebih baik mengenai prospek suku bunga the Fed akan terlihat setelah data produk domestik bruto Amerika dan pengeluaran konsumsi pribadi periode Maret dirilis Kamis dan Jumat.
Pertempuran di Jalur Gaza antara Israel dan Hamas diperkirakan meluas karena Israel mungkin akan melancarkan serangan terhadap Rafah, di selatan wilayah kantong tersebut, yang akan meningkatkan kemungkinan perang lebih luas dan berpotensi mengganggu pasokan minyak Timur Tengah. Namun, belum ada tanda-tanda konflik langsung antara Israel dan Iran, negara pendukung Hamas, yang merupakan produsen minyak utama, sejak pekan lalu.
"Ketegangan antara Iran dan Israel mereda, namun serangan Israel terhadap Gaza diperkirakan memburuk, dan risiko konflik menyebar ke negara-negara tetangga menjadi faktor yang menopang harga minyak," kata Toshitaka Tazawa, analis Fujitomi Securities Co Ltd.
Data EIA lainnya yang dirilis Rabu menunjukkan persediaan minyak AS secara tak terduga turun minggu lalu karena meningkatnya ekspor, sementara stok bensin berkurang lebih kecil dari perkiraan.
Stok minyak mentah merosot 6,4 juta barel menjadi 453,6 juta barel, kata EIA, dibandingkan ekspektasi dalam jajak pendapat  Reuters  yang memperkirakan kenaikan 825.000 barel. (ef)

Sumber : Admin

powered by: IPOTNEWS.COM


Berita Terbaru